Alam Takambang Jadi Guru

Mari berguru pada alam yang terhampar…

Mari Menjadi Hijau

14 Komentar

Baru sempat upload, sedikit terlambat. Aku tersenyum bahagia membaca berita dari milis Jakarta Green Monster dan [INCL Indonesia] Indonesian Nature Conservation newsLetter 10-24b dan tentu saja media-media lain tentang diberlakukannya Moratorium Logging di Aceh. Ini sedikit kutipannya:

“Pada Hari Rabu, 06 Juni 2007. Kepala Pemerintahan Aceh telah memberlakukan “Moratorium Logging” atau penghentian sementara penebangan hutan dalam Wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, untuk menyusun kembali strategi Pengelolaan Hutan Aceh Melalui Re-design (Penataan Ulang), Reforestrasi (Penanaman Kembali Hutan), dan Reduksi deforestrasi (Menekan Laju Kerusakan Hutan) untuk mewujudkan “Hutan Lestari, Rakyat Aceh Sejahtera.”Pertahankan hutan
Nasib seekor kupu-kupu, seekor kumbang ataupun hanya sekuntum anggrek hutan bisa ditentukan oleh kekuasaan. Betapa hebatnya kekuasaan bila dipergunakan untuk kebaikan ataupun keburukan. Contohnya Indonesia Dicatat dalam Buku Rekor Dunia Guinness Tahun 2008 sebagai Penghancur Hutan Tercepat. Indonesia menghancurkan luas hutan yang setara dengan 300 lapangan sepakbola setiap jamnya. Hebat kan!!

Lalu apa hubungannya? Karena kalau saja para penguasa negeri ini bisa menggunakan kekuasaannya untuk melindungi hutan (secara tak langsung melindungi rakyat juga), maka takkan ada catatan sebagai the best namun memalukan itu, apalagi bukan hanya memalukan tapi menyengsarakan rakyat, bisa-bisa membawa negara ini ke ambang kehancuran.

Sepertinya berita-berita tentang lingkungan tidak begitu populer dan tidak ditanggapi serius, khususnya oleh penguasa negeri. Aku menjadi ngeri, mengapa tak mungkin negeri ini tenggelam atau bahkan menjadi padang pasir atau bahkan–entahlah–jadi apa?! kalau keadaan begini terus-terusan dibiarkan? Bayangkanlah, masalah Porong Sidoarjo saja tak bisa diatasi sampai sekarang (atau tak ingin? entahlah…). Kadang tak tahan melihat berita di media mengenai kesedihan mereka-mereka yang kehilangan kampungnya, harta benda, pekerjaan, masa depan…sementara yang berkepentingan mengatasi masalah lumpur panas bisa senyum-senyum saja sebagai orang yang seharusnya meningkatkan kesejahteraan rakyat. Apakah salah alam atau Tuhan? Bukankah sebagian besar kerusakan diciptakan manusia sendiri, sebab menentang hukum alam, hukum Allah? Hanya satu contoh.

Secara langsung masyarakat (baca: rakyat kecil) memang tak punya kekuasaan untuk menentukan kebijakan mau diapakan suatu areal hutan ataukah bagian bumi manasaja yang dikuasai negara (yang seharusnya untuk kepentingan rakyat itu). Namun bukan berarti mereka tak bisa melakukan apapun. Masyarakat di sekitar akses ke hutan bisa melakukan upaya sendiri untuk menjaga hutan dan desa mereka seperti di Hidden Paradise ini. Daerah bagian dari Taman Nasional Gunung Leuser yang sekarang menjadi Hutan Tropis Warisan Dunia ini dikelola sebagai tujuan ekowisata oleh bekas pencuri kayu yang tobat, yang sadar akan bahaya apa yang akan mereka tuai jika melanjutkan pekerjaan mereka. Sekarang, di daerah ini aktivitas ilegal di hutan baik pencurian kayu, perambahan, perburuan liar sudah tidak ada lagi. Padahal dulunya pekerjaan rakyat desa ini 80% adalah menjarah hasil hutan secara ilegal. Sayangnya tak semua rakyat bisa seperti mereka. Di tempat lain rakyat sendiri juga ikut mencuri kayu, menjadi kaki tangan cukong, aparat keparat, bahkan pernah membakar pos-pos penjaga hutan.

Meskipun hidup di kota tetap banyak yang bisa dilakukan. Menjaga lingkungan agar tetap hijau, bersih, memakai produk-produk ramah lingkungan, tidak membeli bahan-bahan hasil hutan yang tidak jelas sumbernya (ilegal), menghemat bahan-bahan yang berasal dari hutan seperti tisu, kertas, dsb. Saya yakin banyak orang yang sudah tahu hal ini, namun hanya sekedar tahu tidak mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Memilah-milah sampah saja kadang kita malas. Mari mulai dari yang kecil-kecil saja, jika setiap orang peduli, Indonesia akan hijau. Kalau rakyatnya peduli, mau belajar untuk menjadi pintar, pemerintah toh bisa diprotes. Lha negara kan milik rakyat! bukan untuk membodohi rakyat.

Aku sangat berharap Moratorium Aceh ini diikuti oleh daerah-daerah lain di Indonesia, masalah kehancuran lingkungan hidup telah membawa bencana dan kesengsaraan terus menerus bagi rakyat Indonesia (khususnya yang miskin karena yang kaya gampang mengungsi ke tempat-tempat aman dan mahal), juga kepedulian terhadap lingkungan diikuti oleh masyarakat seperti monster hijau ini.

Akhirnya selamat buat teman-temanku di FFI Aceh dan tentunya Pak Wandi (for a friend, a hope). Senang ada orang hijau di pemerintahan, kamu telah membuktikan diri Pak, walau jalan masih panjang, pekerjaan masih banyak. Walau dikau tak sempat lagi balas emailku, aku berharap dan berdoa semoga Tuhan memberikan kesuksesan untuk menuntun kepada Aceh yang madani. Semoga kita tak pernah bertemu lagi dipenjara heheheh…just kidding beuh 🙂

Photo credit: FFI-SECP

14 thoughts on “Mari Menjadi Hijau

  1. bener2 pendekar, perempuan satu ini.

  2. Bangga aku Meiy, anak Indonesia ada yang masih peduli sama hutan kita, seperti dikau ini.

  3. ayo meiy…
    terus berjuang… kembali kepada alam. wes tak dukung deh sepenuhnya.

  4. Memang sayang yo ni, kepedulian lingkungan masyarakat Indonesia ko. Di Kalimantan, aktivitas perlindungan orang utan seringkali diinisiasi warga asing. Tapi yo, alhamdulillah banyak jo pribumi yang peduli.

    Mudah2an semakin banyak yang peduli.

  5. kadang hidup sebagai manusia dengan keinginan2nya memang mengerikan ya meiy…dan hanya satu dua yang bisa muncul spt kamu…

  6. To all:
    sayang sekali situs gajahsumatra sudah expired dan sedang dalam proses pembaruan. jadi hidden paradisenya nggak bisa dilihat…sabar ya…:)

  7. Kiamat tidak datang dari langit. Dia adalah bom pemusnah massal, yang bahan hulu ledaknya kita tumpuk hari demi hari.

    Sialnya, mereka yang tak ikut membuatnya, malah yang akan paling merasakan efek destruktifnya.

  8. hutan, minyak, tambang, dan sumber daya alam lainnya ada untuk dimanfaatkan bagi kepentingan manusia;

    penambangan, penebangan pohon dsb sesungguhnya hal yang lumrah, karena memang dibutuhkan, tanpa itu, ekonomi berhenti.

    yang tidak lumrah adalah keserakahan yang memiskinkan warga, dan pengabaian kepentingan generasi mendatang, dengan melakukan eksploitasi dan pengrusakan tanpa batas.

    dibutuhkan lebih dari sekadar kemauan politik yg kuat dari pemerintahan SBY untuk menjinakkan penyakit yg telah lebih dari 30 tahun melanda negri ini.

    posting yg bagus jeng, selamat, salam juga.

  9. salut buat Meiy, kamu udah bisa mencintai alam kita ini, sementara saya baru bisa jadi penikmat…

    sekali lagi salut, jarang orang Indonesia punya cara pandang seperti kamu

  10. hahahahaha

  11. great posting. semoga tetap betahan menjadi pecinta lingkungan. salut. saya dukung penuh.

  12. sorry jadi anonymous, ga sempet nge-log. telmark.wp. thanks.

  13. hutan gunung sawah lautan siompanan kekayaan…. sepertinya lagu itu dah gak berlaku lagi ya sekarang hutan sawah gunung dan lautannya juga dah pada rusak

Tinggalkan Balasan ke aroengbinang Batalkan balasan